Pandangan Baru Tentang Evolusi - Hologenome, Intelligent Design, dan Kreasionsime
Awal Pandangan Baru Tentang Evolusi
Gambar dari Unsplash.com |
Didalam teori Darwin menyatakan bahwa hewan dan tumbuhan
berasal dari suatu spesies yang sama. Spesies tersebut mengalami perubahan
fisik seiring dengan berjalannya waktu dikarenakan adanya seleksi alam. Teori
evolusi Darwin banyak sekali mendapat pertentangan, baik dari sisi agama maupun
sains. Banyak dari kalangan religius menentang teori evolusi Darwin karena
tidak sesuai dengan yang tertulis didalam kitab suci dan juga para peneliti
mengatakan bahwa teori evolusi Darwin tidak dapat dibuktikan karena seleksi
alam tidak dapat merubah suatu spesies ke spesies lain yang baru
1. Teori Hologenome
Ilmu pengetahuian modern menunjukkan bahwa kita, bersama dengan semua makhluk lainnya selalu hidup bersimbiosis dengan sejumlah besar mikroba, yang ada didalam dan diluar tubuh kita yang disebut holobiont. Teori hologenome adalah cara baru untuk melihat evolusi setelah Darwin. Teori tersebut muncul pada awal abad ke-21 ketika para peneliti membuktikan bahwa tubuh manusia yang sehat memiliki triliunan bakteri yang secara kolektif disebut mikrobiota manusia. Mikroba muncul di bumi jauh lebih dulu dari manusia dan teori baru menyimpulkan bahwa kita semua berevolusi dalam hubungan simbiosis satu sama lain.
2. Teori Intelligent Design
Studi dan analisa yang dilakukan adalah dengan mencari fakta bahwa terbentuknya suatu obyek membutuhkan suatu perancangan yang memerlukan kecerdasan untuk mendesainnya. Aplikasi dari teori Intelligent Design antara lain dengan mendeteksi/membuktikan adanya perancangan pada struktur biologi kompleks, pembentukan DNA, dan asal mula keragaman makhluk hidup. Macam - macam fakta yang berkembang ialah :
a. Penemuan Model DNA oleh Watson dan Grick
Penemuan model gen (1953) yang terkenal dengan nama double helix (tangga tali berpilin ganda) oleh Watsan dan Grick, membawa mereka mendapatkan hadiah nobel pada tahun 1962. Molekul DNA yang terdapat dalam sel hidup, mempunyai kerumitan dan keteraturan. DNA yang terdapat dalam sel hidup, mempunyai kerumitan dan keteraturan. DNA mengandung basa-basa yang berurutan yang terdiri dari adenin, timin, guanin, dan sitosin. Keteraturan dan kerumitan molekul DNA dalam menentukan urutan basa tidak akan muncul secara kebetulan. Meskipun ada kerusakan atau perubahan yang berupa mutasi menjadi cacat ataupun steril, sehingga tidak mungkin menurunkan keturunan. Dengan kata lain, tidak mungkin suatu sel berubah menjadi makhluk hidup yang lebih kompleks dan seleksi alam bukanlah pendorong terjadinya evolusi.
b. Hukum Pewarisan Sifat Menurut Mendel
Gregor Johann Mendel (1822 - 1884) mengemukakan bahwa pewarisan sifat induk kepada keturunannya disebabkan oleh faktor penentu yang sekarang diketahui sebagai gen. Komposisi gen ditentukan separuh dari induk jantan (spermatozoa) dan separuh dari induk betina (ovum). Pewarisan sifat dari induk ke keturunan berjalan secara terus - menerus dan teratur. Pembentukan sel kelamin terjadi melalui peristiwa yang didahului oleh replikasi molekuk DNA pada waktu interfase, dan dilanjutkan dengan terjadinya duplikasi kromosom pada profase I. Dengan demikian, materi genetik dari induk kepada keturunannya dijamin sama.
c. Paleontologi
Berdasarkan studi tentang fosil yang ditemukan, tidak ada organisme masa kini yang berbeda dengan fosil nenek moyangnya. Contoh fosil ikan hiu yang berumur 100 juta tahun yang lalu, ternyata sama dengan ikan hiu yang sekarang. Dengan demikian, ikan hiu tidak mengalami evolusi setelah diciptakan. Penemuan fosil dari zaman Kambria menunjukkan bahwa fosil selalu muncul secara tiba - tiba dengan bagian tubuh lengkap, dan tidak dijumpai bentuk transisi. Dari studi paleontologi, ada ledakan suatu makhluk hidup dan kepunahan makhluk hidup yang lain.
Dari penemuan fosil Archaeopteryx, burung reptil dimasa Jura 130 juta tahun yang lalu, ada anggapan bahwa fosil tersebut merupakan evolusi dari reptil burung. Ciri Archaeopteryx ialah paruhnya bergigi dan memiliki cakar sayap yang merupakan karakter reptil. Sedangkan sayap burung airfoil dan tulang dada (sternum) yang dimilikinya merupakan karakter dari burung. Walaupun mempunyai karakter reptil dan burung, tidak mungkin reptil berevolusi menjadi burun, mengingat suhu tubuh reptil dan burung berbeda, dan juga cara geraknya berbeda. ini berarti fosil Archaeopteryx bukan bentuk transisi.
3. Teori Kreasionisme
Ketidaksepakatan terhadap teori evolusi tersebut melahirkan gagasan Kreasionisme (teori penciptaan) yang menjadi sebuah antitesis terhadap teori Darwin. Sebagai kalangan agamawan mengaggap kreasionisme sesuai
dengan ajaran agama. Seperti halnya Harun Yahya yang
merupakan pioner kreasionisme islam yang tampil didepan dalam
mengkampayekan kreasionisme dari presfektif islam. Harun Yahya dan
penganut kereasionisme islam mencoba menukil dalil Al-Quraan sebagai
sebuah pijakan untuk menolak teori evolusi.
Ayat-ayat penciptaan dalam kitabullah tersebut dijadikan sebagai
legitimasi dalam melahirkan kreasionisme untuk menggantikan teori
evolusi. Mereka menganggap bahwa apa yang didalam Al-Quraan
merupakan sumber yang sahih sebagai rujukan umat manusia dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari. Sebab Al-Quran merupakan ciptaan
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan dijadikan sebagai
pedoman kehidupan untuk umat-umatnya. Sedangkan teori evolusi
menurut presepsi mereka hanyalah sebuah teori yang diciptakan manusia. Hal tersebut membuat kesahihannyapun juga dapat diragukan karena
manusia merupakan makhluk yang tak sempurna dan selalu tak dapat
lepas dari kesalahan.